Langsung ke konten utama

Postingan

TRAUMA : SINI AKU KASIH TAU

  “Jika aku menyerah, apakah artinya aku pecundang?” Aku menoleh kearah suara itu, terdengar serak dan putus asa. Pada waktu itu aku duduk di pinggir lapangan, tepatnya di bawah pohon sambil menunggu latihan PBB di mulai lagi. Iya, waktu itu aku sedang mengikuti PKKMB a.k.a Ospek di kampusku, tahun 2019 silam. Tapi ingatan itu masih terlihat jelas serta kalimat yang selama ini sering mendengung di-entah bagian mana kepalaku. Beberapa menit kami hanyut dalam obrolan mendalam, tentunya tanpa ada yang saling memperkanalkan diri. Aku juga bercerita, tentang diriku yang tidak diterima di kampus bahkan jurusan impian ku. Sedangkan dia, ternyata beban hidupnya jauh lebih berat dari pada aku. 3 kali gagal dalam tes Akmil, dan saat ini terpaksa melanjutkan kuliah dulu sambil menunggu test selanjutnya. Dia yang seharusnya angkatan 2017, saat itu masih menjadi mahasiswa angkatan 2019. Tapi, untuk mengikuti kehendak keluarganya agar menyandang gelar ’anak berbakti’ membuatnya terlihat tertek

TPA Pakusari - Tempat Mencari Rasa Syukur

Kali pertama aku mengunjungi tempat pembuangan sampah akhir (TPA) di Kabupaten Jember, tepatnya di Kecamatan Pakusari. Pusat pembuangan sampah di kabupaten jember. Dari jarak jauh tentu saja sudah tercium bau menyengat sampah, aku kira tempat itu bakal sangat kotor dan tidak terurus. Ternyata setelah melewati pintu masuk, di halaman utama sangat bersih, ada beberapa tanaman bunga maupun pohon juga tak lupa berbagai hiasan yang terbuat dari botol bekas. Sebelum masuk ke lokasi gunungan sampah, kami--aku dan kedua temenku meminta ijin kepada pengelola TPA. Cukup lama berdiskusi akhirnya kami diberi izin untuk masuk sekaligus mengambil dokumentasi. Aku sangat exited menelusuri TPA itu, mungkin memang sedikit terganggu dengan bau sampah yang menyengat. Tapi saat itu masih dalam keadaan pandemi. Sehingga tidak terlalu banyak orang serta kami mematuhi protokol kesehatan, salah satunya menggunakan masker berlapis. Yaps, bau sampah tidak terlalu menusuk hidungku jadi aman sih. Doc. Pribadi Jar

Hallo, I am Back

  Halo halloo Setelah vakum berapa tahun, aku kembali lagi dengan semangat baru. Cmiiw, semoga benar ya dengan semangat baru dan konten tulisan baru. Beberapa tulisan yang aku buat sesuai dengan yang aku inginkan. Semua tulisan itu lahir dari perasaaan dan otak ku. Yaa, aku suka menulis bebas, apa yang aku pikirkan itulah nanti yang aku tuliskan. Tulisan di blog pure karya yang aku buat. Bukan lagi soal cerpen atau puisi karena sudah banyak hal yang aku pikirkan dan harus dituangkan sebelum isi kepala ku meledak. Aku berharap kalian have fun ya bacanya dan semoga tidak salah persepsi dengan cara berfikirku. Terimakasih sudah membaca tulisan di blog ini. Semoga bermanfaat buat kalian ya.

New Year and New Post

2021. Tahun lalu banyak sekali yang berharap, “Semoga tahun depan pandemi segera berakhir.” Dan ternyata hingga saat ini pandemi belum berakhir, sekolah masih secara daring, penerapan social distancing juga masih diberlakukan bahkan dari kabar terbaru mudik juga dilarang. Meskipun demikian, vaksinasi di Indonesia sudah berjalan sejak bulan Januari lalu. Hanya saja memang butuh waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan pemberian vaksin ini. Well, Apa Kabar? Bagaimanai tahun 2021 setalah hampir 4 bulan? Sudah siapkah menjalani Ramadhan? Semoga selalu sehat dan baik-baik saja ya. Banyak banget sebenarnya pertanyaan yang ingin saya ajukan, tapi lain kali saja. 1 Januari lalu, tidak ada yang bisa saya ceritakan. Di awal tahun yang seharunya penuh perayaan, tahun ini memang beda banget. Segelintir orang yang masih merayakan tahun baru, misal saja tetangga depan rumah yang mengundang teman-temannya untuk sekedar mengadakan pesta kecil. Tidak ada lagi kembang api bersahutan di setia

ON LIBRARY

  Perpustakaan selalu menjadi tempat terbaik bagi saya sejak kecil. Tempat paling sepi, sunyi, nyaman dan menenangkan. Ya, karena saya tidak suka keramaian. Sejak SD saya pikir bahwa saya tidak punya peristiwa yang menggemaskan ketika berada di perpustakaan, ya hanya gitu-gitu aja. Datang ke perpus ngambil buku lalu tidur. Datang ke perpus ngambil TTS lalu ngisi sok pintar, nyatanya saya enggak tahu tuh system TTS. Hahaha Tapi entah ada angin dari mana, siang ini angin menyeret saya ke masa lalu. Saat peristiwa konyol terjadi. Yaps, peristiwa itu berlatar di perpustakaan. BERAWAL DARI KEBISINGAN Saat itu jam 1 siang, saya ke kampus dengan tergesa-gesa. Maklum tidur siang kebablasan , jadinya ya telat. Sesampainya di kampus, sebelum naik lift saya cek notif ponsel yang ramai banget dan ternyata kelas hari ini pindah jam karena dosen masih rapat jurusan. Ahh, benar-benar menyebalkan. Inginku mengumpat, tapi takut dosa. Jadinya pasrah saja. Kondisi yang masih setengah mengantu

Hallo, ijin bertanya ya?

Definisi Bertanya, Bagaimana Menurut Anda? Pernah dengar kalimat ini, “ Malu bertanya, sesat di jalan.” Bukan hanya pernah   lagi, bahkan sering banget malahan. Itu menandakan bahwa kita (baca: saya) diharuskan bertanya ketika tidak tahu. Pertanyaan yang diajukan tidak melulu mengenai   Jl.   Kebon Jeruk atau Jl. Batu Raden ya, pertanyaan yang semua diakhiri dengan tanda tanya atau nada tanya. Kendati demikian, tidak semua orang mau memperlakukan pertanyaan dengan sopan. Terutama seseorang yang diberi pertanyaan. Tambah lagi, tentang hal yang yang berkaitan   dengan ilmu. Aktivitas bertanya juga terkadang diabaikan oleh beberapa orang yang sebenarnya menyimpan segudang permasalahan. Rasa ‘malu bertanya’ itulah yang membuat orang tersebut kesulitan memecahkan permasalahanya. Akhirnya orang itu akan mencari jawaban dengan caranya sendiri yang berujung pada stress. Stress bukan hanya karena seseorang terkena tekanan batin atau adanya penyakit ya. Sulitnya memahami masalah juga

Cerita Singkat Tentang Sastra dan Tulisan

  AWAL MULA MENGENAL SASTRA DAN TULISAN Berbicara tentang sastra dan tulisan tidak jauh dari sosok guru yang mengenalkan saya dengan dunia sastra sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar, tepatnya kelas 5 SD. Pak Bawani, beliau lah guru itu. Guru agama favorit dan kesayangan murid-murid. Saat itu, beliau menyuruh saya membuat autobiografi yaitu riwayat hidup saya sejak saya lahir. Bingung bukan main dengan tugas tersebut, ohh ya. Tugas itu hanya ditujukan kepada saya. “ kamu pandai menulis, pasti kamu bisa ”. Begitulah Pak Bawani memberikan alasan untuk tugas yang beliau berikan. Saya diberi waktu satu minggu untuk menulis di kertas HVS. Sampai hari kelima, saya belum juga membuat tanda dari pensil di kertas itu. Sebenarnya kebingungan saya bukan karena saya tidak tahu tentang kisah hidup saya, tetapi karena saya tidak tahu harus memulai menulis dengan kata apa. Dari situ saya belajar, bahwa poin utama suatu tulisan adalah induk kalimat. Saya memulai menulis dengan perkenalan