Langsung ke konten utama

Cerita Singkat Tentang Sastra dan Tulisan

 AWAL MULA MENGENAL SASTRA DAN TULISAN

Berbicara tentang sastra dan tulisan tidak jauh dari sosok guru yang mengenalkan saya dengan dunia sastra sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar, tepatnya kelas 5 SD. Pak Bawani, beliau lah guru itu. Guru agama favorit dan kesayangan murid-murid. Saat itu, beliau menyuruh saya membuat autobiografi yaitu riwayat hidup saya sejak saya lahir.

Bingung bukan main dengan tugas tersebut, ohh ya. Tugas itu hanya ditujukan kepada saya. “kamu pandai menulis, pasti kamu bisa”. Begitulah Pak Bawani memberikan alasan untuk tugas yang beliau berikan. Saya diberi waktu satu minggu untuk menulis di kertas HVS. Sampai hari kelima, saya belum juga membuat tanda dari pensil di kertas itu. Sebenarnya kebingungan saya bukan karena saya tidak tahu tentang kisah hidup saya, tetapi karena saya tidak tahu harus memulai menulis dengan kata apa.

Dari situ saya belajar, bahwa poin utama suatu tulisan adalah induk kalimat. Saya memulai menulis dengan perkenalan diri. “Hallo, perkenalkan namaku alfia. Aku lahir dari orang tua yang sangat baik. Nama ibuku…..”. Tulisan pertama saya, terkesan sangat natural. Saya melanjutkan tulisan itu dengan mimpi-mimpi anak kecil. Di akhir tulisan, saya juga sempat menulis tentang Pak Bawani.

Ketika saya mengumpulkan autobiografi di waktu istirahat, Pak Bawani membaca dengan serius. Sangat serius. Lalu, beliau mengelus puncak kepala saya, “Bagus, sangat bagus. Bapak kasih tantangan lagi, kamu mau?” setelah melewati perang jantung yang cukup lama, Pak Bawani malah menambah tugas informal lagi. Tapi saat itu saya sangat senang karena beliau memuji tulisan pertama saya. Ahh, saya tahu tulisan saya masih sangat berantakan, tapi beliau benar-benar ingin mengajari saya memeluk sastra dan tulisan dengan caranya sendiri.

Saya pulang sekolah dengan kebingungan berkali-kali lipat. Berbekal kumpulan puisi lama yang diberikan Pak Bawani, saya mulai mengarang. Saat itu puisi pertama yang saya buat berjudul “Terima kasih, Guruku”.

photo by pixabay


Begitulah awal mula saya mengenal dunia menulis. Sejak saat itu juga, saya mulai mengikuti lomba menulis, mulai dari cipta puisi, cipta cerpen, hingga membuat esai. Saya juga pernah ikut lomba pidato dan baca puisi. Dari berbagai lomba dan kegemaran menulis, saya tidak terlalu banyak minta uang jajan ke orang tua. Tapi kecintaan saya menulis berhenti saat saya masuk SMA karena suatu hal (saya akan cerita di lain waktu).

Ketika status saya ganti dari siswa menjadi mahasiswa, saya mulai menulis beberapa cerita. Saya juga belajar dari sini, bahwa ketika pisau tidak pernah diasah, lama-lama akan menjadi tumpul. Setalah bertahun-tahun saya tidak menulis, rasanya sangat sulit untuk memulai membuat kalimat.

Saat semester satu, saya mulai belajar menulis di Wattpad, salah satu platform menulis kesayangan anak muda. Tulisan saya benar-benar kacau di cerita awal, itu yang menjadikan saya tidak konsisten. Saya membuat 3 judul sekaligus, bukanya semakin bagus malah keteteran. Ketika berada di kondisi yang sangat drop, frustasi karena tidak bisa menulis. Saya mulai membuka web blogger, lihat-lihat sebentar. Besoknya lagi lihat-lihat. Lalu lihat-lihat lagi. Hingga saya tergerak untuk menulis. Itupun saya tidak benar-benar menulis hal yang baru. saya hanya memposting cerpen yang saya buat dulu, karena waktu itu saya begitu penasaran rasanya mem-posting tulisan saya.

MAMULAI MENULIS DENGAN MEDIA BLOG

Berlarilah kencang, jika memang itu bermanfaat untuk orang lain. Berjemurlah hingga kering, jika memang itu bermanfaat untuk orang lain

Begitulah petuah ibu saya, ketika saya masih rajin menulis. Bagi ibu saya, sastra adalah bahasa tubuh, sastra adalah sahabat saya dan sastra adalah ruangan yang hanya ada saya. Beberapa kalimat memang diperuntukkan untuk menusuk lawan bicara, tapi saya tidak bisa menanggapi petuah ibu saya sebagai sekutu.  Bukankah kalimat itu tidak salah? Jika memang manusia adalah makhluk sosial, bukankah berarti kita harus bermanfaat untuk orang lain dengan cara saling membantu?

Cara seseorang untuk membuktikan bahwa dia bermanfaat untuk orang lain berbeda-beda. Begitu pula dengan saya yang masih minim pengetahuan. Melalui blog inilah saya menulis berbagai artikel, juga media saya untuk belajar. Saya ingin tulisan ini setidaknya dapat memotivasi para pembaca atau mungkin bisa menjadi teman di waktu luang.

TUJUAN NGEBLOG BUKAN LAGI SASTRA

photo by pixabay


Saya tidak menulis tentang sastra di blog ini, bukan karena saya melupakan sastra ya. Hanya saja saya ingin menulis mengenai hal yang lebih luas, hal yang bermanfaat untuk membangun kualitas hidup, atau bahasa mudahnya sebagia teman para pembaca untuk mimpi mereka.

Saya akan mencoba membuat tulisan yang bukan hanya untuk bacaan. Tetapi lebih ke konten critical thinking, personal development, atau tentang keorganisasian. Semua artikel yang saya tulis, saya berharap dapat memberikan feedback ke depanya. Menurut saya, banyak orang yang masih sulit menerapkan personal development, padahal hal tersebut sangat penting untuk masa depan. Begitu juga dengan critical thinking yang masih diremehkan oleh segelintir orang, mengira bahwa berpikir kritis hanya dilakukan oleh orang dengan IQ-tinggi. Sejatinya anggapan tersebut salah karena berfikir kritis dapat dimiliki oleh semua orang dengan berbagai tingkatan kecerdasan.

Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa saya tidak lagi belajar sastra. saya akan terus belajar menulis dari berbagai jenis karya, meninggalkan jejak tulisan saya dikemudian hari, karena saya juga ingin menjadi salah satu orang yang akan mengisi sejarah. Menjadi pahlawan dengan cara saya sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TPA Pakusari - Tempat Mencari Rasa Syukur

Kali pertama aku mengunjungi tempat pembuangan sampah akhir (TPA) di Kabupaten Jember, tepatnya di Kecamatan Pakusari. Pusat pembuangan sampah di kabupaten jember. Dari jarak jauh tentu saja sudah tercium bau menyengat sampah, aku kira tempat itu bakal sangat kotor dan tidak terurus. Ternyata setelah melewati pintu masuk, di halaman utama sangat bersih, ada beberapa tanaman bunga maupun pohon juga tak lupa berbagai hiasan yang terbuat dari botol bekas. Sebelum masuk ke lokasi gunungan sampah, kami--aku dan kedua temenku meminta ijin kepada pengelola TPA. Cukup lama berdiskusi akhirnya kami diberi izin untuk masuk sekaligus mengambil dokumentasi. Aku sangat exited menelusuri TPA itu, mungkin memang sedikit terganggu dengan bau sampah yang menyengat. Tapi saat itu masih dalam keadaan pandemi. Sehingga tidak terlalu banyak orang serta kami mematuhi protokol kesehatan, salah satunya menggunakan masker berlapis. Yaps, bau sampah tidak terlalu menusuk hidungku jadi aman sih. Doc. Pribadi Jar

New Year and New Post

2021. Tahun lalu banyak sekali yang berharap, “Semoga tahun depan pandemi segera berakhir.” Dan ternyata hingga saat ini pandemi belum berakhir, sekolah masih secara daring, penerapan social distancing juga masih diberlakukan bahkan dari kabar terbaru mudik juga dilarang. Meskipun demikian, vaksinasi di Indonesia sudah berjalan sejak bulan Januari lalu. Hanya saja memang butuh waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan pemberian vaksin ini. Well, Apa Kabar? Bagaimanai tahun 2021 setalah hampir 4 bulan? Sudah siapkah menjalani Ramadhan? Semoga selalu sehat dan baik-baik saja ya. Banyak banget sebenarnya pertanyaan yang ingin saya ajukan, tapi lain kali saja. 1 Januari lalu, tidak ada yang bisa saya ceritakan. Di awal tahun yang seharunya penuh perayaan, tahun ini memang beda banget. Segelintir orang yang masih merayakan tahun baru, misal saja tetangga depan rumah yang mengundang teman-temannya untuk sekedar mengadakan pesta kecil. Tidak ada lagi kembang api bersahutan di setia

KKN DESA ROWOINDAH

 KKN DI DESA YANG JARAKNYA 1 JAM DARI JANTUNG KOTA JEMBER 1 september lalu saya memulai magang atau sebut saja KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Rowoindah Kabupaten Jember. Magang selama satu bulan dengan fokus utama kami membuat 5 program diantaranya pengambilan data, pelatihan kader posyandu, penyuluhan ibu hamil, penyuluhan balita, demo masak, dan rumah binaan. Saya kira kami hanya menjalankan magang untuk menggugurkan tanggung jawab sebagai mahasiswa, namun saya menyikapi 1 bulan tersebut sebagai kegiatan mempelajari arti kehidupan. Sangat berlebihan, bukan? Tidak, karena ketika saya baru datang di desa tersebut rasanya biasa saja. Seperti halnya desa lain yang warga desanya ramah dan welcome terhadap pendatang baru. Akan tetapi, setelah pengambilan data yang dilakukan selama 2 hari saya terus terusan merenung. Apa yang saya lihat di awal ternya tidak sesuai dengan keadaan warga desa. Semakin kami menelusuri Desa Rowoindah untuk mencari data kami semakin belajar banyak hal