Kali pertama aku mengunjungi tempat pembuangan sampah
akhir (TPA) di Kabupaten Jember, tepatnya di Kecamatan Pakusari. Pusat pembuangan
sampah di kabupaten jember. Dari jarak jauh tentu saja sudah tercium bau
menyengat sampah, aku kira tempat itu bakal sangat kotor dan tidak terurus.
Ternyata setelah melewati pintu masuk, di halaman utama sangat bersih, ada
beberapa tanaman bunga maupun pohon juga tak lupa berbagai hiasan yang terbuat
dari botol bekas.
Sebelum masuk ke lokasi gunungan sampah, kami--aku dan
kedua temenku meminta ijin kepada pengelola TPA. Cukup lama berdiskusi akhirnya
kami diberi izin untuk masuk sekaligus mengambil dokumentasi. Aku sangat exited
menelusuri TPA itu, mungkin memang sedikit terganggu dengan bau sampah yang
menyengat. Tapi saat itu masih dalam keadaan pandemi. Sehingga tidak terlalu
banyak orang serta kami mematuhi protokol kesehatan, salah satunya menggunakan
masker berlapis. Yaps, bau sampah tidak terlalu menusuk hidungku jadi aman sih.
![]() |
Doc. Pribadi |
Jarak dari halaman utama menuju gunungan sampah
sekitar 100 meter atau- ah aku tidak terlalu pandai menghitung jarak. Lebih
suka menggunakan ukuran waktu, yaps sekitar 3 menit jalan kaki kami sampai di
lokasi.
Astaga! Gila sih, aku tercengang dengan gunungan
sampah yang sangat luas. Tapi yang lebih membuat ku tercengan adalah gubuk –
gubuk yang berdiri tepat di atas gunungan sampah. Gubuk tersebut terbuat dari
kardus bekas, atau mungkin beberapa kain bekas sebagai penutupnya. Disitulah
tempat pemulung beristirahat setelah mengumpulkan puing puing kardus, botol
atau barang bekas lainya yang dapat di jual kepada tengkulak.
Kami terus menelusuri TPA, menginjak sampah botol,
menghindari sampah rumah tangga yang sudah membusuk hingga kami sampai di
puncak gunung sampah. Sebut saja seperti itu. Bagian gundukan tertinggi
sehingga bisa melihat luasnya TPA Pakusari dari titik ini. Sangat luas, langit
bertabur biru dan panas yang tak tertolong. Sangat memuaskan berada disana saat
itu. Bukan lagi bahasa “survey projek” tapi aku belajar tentang kehidupan.
![]() |
Doc. Pribadi |
Payah sekali dalam kondisiku yang sehat dan cukup
masih banyak mengeluh. Tak pernah bisa bersukur dan terus mau yang lebih. Sedangkan,
dari sini saya melihat pemulung sedang memilah sampah bersemangat sembari
bergurau. Terlihat jelas harapan mereka bertumpu di puing puing sampah yang
nantinya dapat di tukar dengan lembaran uang bergambar pahlawan.
Sedih dan semangat—seperti itu perasaan ku. Sedih
melihat pemulung yang berusia lanjut masih bersemangat banting tulang di tempat
kotor seperti ini. Sekaligus bersemangat karena memberiku motivasi untuk terus
bekerja keras.
Anyway, aku menulis ini karena membaca caption di
postingan ig ku sendiri. Yang aku baca dari caption itu tulisan sangat
bernyawa, tapi yang aku tulis sekarang hanya cerita. Aku tidak tau kalian bisa
memahami perasaan ku saat menulis ini atau tidak, karena memang sudah lama
sekali. Sulit menulis hanya dengan ingatan saja. Tapi semoga kalian tetap
menyukai tulisan ku yang random ini ya.
Komentar
Posting Komentar