Hallo... ini adalah tulisan pertama yang akan saya publish. Karena berbau pertama, jadi saya juga menyajikan serita pendek yang saya tulis pertama kali. kalau tidak salah cerita ini lahir di awal tahun 2016 lalu. sudah lama ya? (hahahahah). setiap kata dari cerita ini tidak saya rubah, biar terkesan natural gituu ( wkwkwkk). Ok, skuy langsung dibaca aja yaa cerita yang sudah banyak sarang laba-labanya (wkwkwkwk, apasih). Happy reading ;)
THIS IS LIFE
by: ruangku
Hiruk pikuk kota masih
sama. Suara knalpot bajai, suara truk sampah, suara kereta cepat, suara klakson
mobil hingga suara anak jalanan yang ngamen di bawah terik matahari dengan
suara cempreng yang memekikan telinga. Mobil Lamborghini silver melaju kencang,
membelah jalanan bersamaan suara gelak tawa tiga gadis di dalamnya hingga suara
decit ban berpadu dengan lantai semen terdengar. Mobil itu berhenti di parkiran
mall 7 lantai yang menjadi pusat perbelanjaan terbesar di kota.
Sandra si rambut
pirang, Laura si rambut coklat muda dan Ciendy si rambut hitam legam menjadi
sorotan manusia seisi mall. Setelah menjajakan kaki di setiap sudut, mata-mata
kagum memandang, mata-mata iri menusuk, hingga mata-mata menggoda yang
menjijikan. Acuh. Sudah biasa bagi ketiga gadis bergaya glamour tersebut. Mereka terus menelusuri setiap sisi mall. Hingga
decak kagum bersamaan.
“Gila! Bukankah ini
mirip dengan baju yang dipakai Ariana Grande waktu konser di Jerman minggu
lalu?” Sandra heboh bersuara. Baju limited
edition yang memang sedang diburu olehnya. Bukan karena ia penggemar Ariana
Grande, melainkan ingin menjadi trending di Instagram nanti setelah
postingannya tersebar. Membayangkan saja, sudah ribuan kupu-kupu keluar dari
perut Sandra.
“Benar, Kak. Baju itu
datang 2 hari yang lalu langsung di design
oleh designer yang sama,” Sahut
Pramuniaga cantik dengan polesan make up di wajahnya.
“Keren nih kalau
missal bisa aku pake,” ucap Ciendy sembari membayangkan dirinya.
“stok barangnya ada
berapa ya?” Tanya Laura ke pramuniaga
“Karena barang ini
salah satu barang branded dan limited edition, jadi kami hanya bisa
menyediakan sa-”
“kalau gitu biar aku
yang beli,” serobot Sandra tanpa ampun
Ketiga manusia
disamping Sandra melongo. Tanpa babibu. Tanpa melihat nominal dari baju itu.
Sandra langsung bisa memutuskan dan sekarang tas coklat berisi baju dengan
warna gold serta beberapa renda
sebagai penghias sudah ada di tanganya. Sandra tersenyum. Bukan untuk
menunjukan bahwa ia punya banyak uang, Sandra hanya berusaha mengabulkan impianya.
Meskipun benar sih, ini tidak bisa di
bilang mimpi juga. Tapi bukankah pandangan tentang mimpi setiap orang itu
berbeda-beda?
“Gila, ya kamu! Dasar!
Salah satu peradaban manusia milenial. Berapa coba harga baju itu?” sergah
Laura.
“Bodo amat!! Yang penting
Happy.” Sandra berlalu meninggalkan
kedua sahabatnya yang hanya geleng-geleng kepala.
Alunan music dari
setiap sudut di ruangan memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Ibu-ibu yang
sibuk berburu diskon, bapak-bapak yang sudah ngantuk menunggu istrinya,
anak-anak yang sibuk bermain game hingga satpam yang terlalu serius mengemban
tugas. Begitulah suasana mall setiap hari. Manusia selalu berinteraksi dengan
benda mati, sedangkan benda matipun akan siap berada di tumpukan sampah jika
sang pemilik sudah bosan.
Tiga jam berlalu dengan
amat cepat, rasa letih dan lapar tiba menghampiri ketiga gadis itu. Mereka
berjalan menuju area parkir yang ada di lantai tiga, hanya suara langkah kaki
yang menerobos keheningan itu. Mobil silver itupun melesat jauh meninggalkan
mall 7 lantai setelah membayar parkir.
Lima menit sudah
terasa lima tahun bagi Laura dan Ciendy. Kini mobil itu tiba di parkiran cafe
bernuansa eropa modern, Laura dan Ciendy keluar mobil dengan tergesa-gesa,
masuk dengam tergesa-gesa, memilih menu dengan tergesa-gesa, memanggil waiters dengan tergesa-gesa hingga
makanpun dengan tergesa-gesa. Perut yang sudah melilit kencang, ulah dari
Sandra yang tidak mengijinkan teman-temanya makan sejak pagi. Alasannya,
menjaga bentuk tubuh.
“Aku ke kasir dulu,
kalau sudah selesai langsung ke mobil, ya!” ucap Sandra sembari menggeser kursi
kayu agar memberi ruang bagi Sandra untuk lewat.
“ ehh, makananmu masih ada, tuh.
Habisin dulu gih!” sergah Laura tak suka.
“kenyang,” jawab
Sandra acuh.
“ Dasar kebiasaan
buang-buang apapun!!”
“Buang mantan juga, ya.
Hahahaha” sambung Ciendy sambil tertawa hambar.
Mobil silver itu
kembali melesat jauh meninggalkan pelataran cafe. Lalu berhenti di depan rumah
bergaya jawa kuno dengan 3 lantai menyertainya. Ribuan bunga terdampar bebas
menghiasai bagian kosong depan rumah di lengkapi dengan kolam ikan yang tidak
ada ikan hidup satupun. Hanya suara percikan khas kolam ikan yang menandakan
bahwa itu benar kolam ikan. Sinar senja yang menembus sela-sela pdedaunan pohon
blimbing. Bayangan jingga semesta yang mulai mengisi ruang kosong bumi. Lalu
disusul dengan suara bedug di tabuh.
Ketiga gadis itu sudah
berbaring di atas ranjang tidur milik Sandra dengan mulut yang penuh dengan
makanan ringan. Suara music dari sound kecil pun memberikan kenikmatan yang
hakiki bagi Sandra, Laura dan Ciendy. Hingga Ciendy baru menyadari, bahwa ada
yang salah.
“Bukannya besok ada
kelas Ekonomi Mikro, ya?” Ciendy mulai berbicara atas keganjilan hatinya.
“Hmm,” Sandra dan
Laura serempak menjawab.
“Bener, sihh. Cuma ada satu kelas. Tapi kok ga
enak, ya, hatiku. Kayak ada yang
salah gitu.” Ciendy mulai berargument.
“santai, kali. Kan
cuma ngumpulin makalah,” Laura mulai menengkan Ciendy.
“ASTAGA, MAKALAH!!!??”
teriak Laura dan Ciendy serempak sambil terbangun.
“Apasih, kalian Teriak-teriak. ini bukan hutan, WOI!!!” Tuntut Sandra.
“Dasar!! Ratu bego. Kita kan belum ngerjain makalah itu.” Sewot Laura.
Hening.
“Ohh.” Sandra
mengambil ponselnya diatas nakas. Detik selanjutnya dia melakukan
panggilannvideo dengan seorang lelaki
“Hallo?”
“Ya?” suara lelaki itu
disebrang sana. Masih tampak sibuk dengan aktivitasnya di depan laptop.
“kamu buatkan 3
makalah, untuk judul nanti aku kirim!” perintah Sandra tegas. Sedangkan, lelaki
itu mendesah pelan. Kantung matanya tampak hitam dan besar. Raut wajahnya tampak
sekali kelelahan.
“ Maaf, aku masih
banyak kerjaan.”
“ Bonusnya dua kali
lipat, deh” tawar Sandra lagi.
Lelaki itu tampak
berfikir, rasa letih dan lelah sudah menjadi makanan sehari-harinya. Bertahan
hidup dengan bekerja yang bisa dibilang dilarang Negara. Sudahlah. Bukankah
semua dihalalkan untuk menghasilkan uang. Ya, dia sebaga juru ketik,
menyelesaikan tugas mahasiswa, pembuat makalah bayaran dan masih banyak lagi.
Baiklah, dia akan menyelesaikan tugas itu. Pikirnya spontan.
“Ya. Kapan di
kumpulkan?”
“Besok jam 1,”
“Baiklah, 1 jam
sebelum itu aku kirim,”
“Tidak perlu, aku
ambil 30 menit sebelum ke kampus. Tapi sekalian kamu print, ya!?” Suara seakan
memohon tapi penuh perintah yang membuat lelaki itu tidak bisa menolak.
Bukan suatu yang tabu
hal itu dilakukan. Sekarang, uang adalah tahta bagi manusia. Siapa yang kaya,
maka dialah sang raja. Tapi, bagi mereka yang kurang beruntung, memanfaatkan
rajalah yang harus dilakukan. Manusia selalu hebat bukan!? Mudah menghabiskan
uangnya serta mudah mengembalikan semua.
Memang hidup itu harus dengan uang wkwkwkw. Thanks ka, ceritanya;)
BalasHapusMenghibur aku yang sedang kesepian:( wkwkwk
trimakasih kembali sudah mampir di Ruangku
BalasHapus