Hutan merupakan salah satu penunjang kehidupan manusia, tidak hanya sebagai pemenuhan kebutuhan primer maupun sekunder, tetapi hutan juga sebagai paru-paru dunia. Hutan identik dengan pepohonan yang menjulang tinggi, juga hewan-hewan endemik yang ada didalamnya. Menurut ahli silvika, hutan merupakan suatu asosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian besar terdiri atas pohon-pohon atau vegetasi berkayu yang menempati areal luas.
Belajar Melestarikan Hutan Indonesia
Indonesia mempunya luas hutan Negara yang berdasarkan
TGHK seluas 140,4 juta hektar ,terdiri atas kawasan hutan tetap seluas 113,8
juta hektar dan kawasan hutan produksi seluas 26,6 juta hektar ( Arif, 2001).
Luasnya hutan tersebut jika mengalami kesalahan dalam proses pengolahan sama
saja dengan menyiksa generasi mendatang. Untuk mengantisipasi hal itu,
alangkah lebih baik jika kita melestarikan hutan dengan mengetahui fungsi dan
melihat bagian-bagian dari hutan.
Berbicara tentang hutan, membuat saya ingin berkelana
lagi dan berharap pandemi segera berakhir. Berjalan menelusuri hutan dan gunung
di bawah terik matahari, yang mampu memberikan aromaterapi tersendiri dalam
diri saya. Sebab, nuansa hutan selalu memikat energi positif bagi para pengunjungnya untuk terus
menelusuri setiap sisi dan karakteristik hutan.
Saya tinggal di lereng gunung, itu artinya sejak kecil
gunung dan hutan sudah menjadi teman
saya. Saya selalu diajarkan untuk melestarikan hutan dengan misi “seribu pohon”. Dulu saya bingung dengan
misi ini, apakah saya harus menghitung seribu pohon? Atau saya harus mencari
seribu pohon?
Seiring peradaban jaman yang semakin membuat saya
tumbuh dewasa, saya tahu arti misi tersebut. Bahwa kita harus melindungi bumi
dengan seribu pohon. Misi ini tidak lain diwujudkan dengan penanaman pohon di
gunung dekat rumah saya, pohon yang ditanam seperti pohon mahoni, pohon jati,
dan pohon waru. Salah satu faktor perusakan hutan adalah banyaknya illegal logging yang menyembabkan
kelestarian hutan terganggu. Kegiatan ini dilakukan oleh para oknum yang tidak bertanggung jawab. Jika
hal tersebut di abaikain kondisi hutan Indonesia akan semakin kritis. Oleh
sebab itu, kami (penduduk desa) melakukan reboisasi bersama dengan bibit yang
sudah disiapkan oleh kelompok desa. Begitulah cara kami (penduduk desa) untuk
terus melestarikan hutan.
Pengelolahan hutan harus dilakukan secara terpadu agar
fungsi tanah, air, udara, flora, fauna dan iklim dapat bermanfaat bagi masyarakat. Hutan
bukan hanya tempat berkumpulnya ribuan pohon, melainkan masih banyak spesies
yang membentuk suatu ekosistem. Keanekaragaman hayati inilah yang harus
dipertahankan dan dilindungi, sebab jika bukan kita yang melindungi lalu siapa
lagi?
Indonesia memiliki keanekaragaman
hayati hutan
yang tinggi, meliputi : 10 % dari total jenis tumbuhan berbunga, 12 % dari
total jenis mamalia, 16 % dari total jenis reptilia, dan 17 % dari total jenis burung (Arief, 2001). Hal inilah yang menjadikan Indonesia
sebagai Negara istimewa karena memiliki keanekaragaman hayati tinggi, berbeda
dari Negara lainya. Keanekaragaman hayati ini bukan saya ketahui dari orang
lain, juga bukan karena saya membaca buku. Lebih dari itu, karena saya
menyaksikan dan merasakan sendiri. Bahwa hutan gudangnya keanekaragaman. Sebagai
salah seorang penjajah alam, saya cukup memahami bagaimana kondisi dan isi
hutan. Hutan yang memiliki jutaan keunikan, mulai dari hewan, tumbuhan, bunga
yang tumbuh bebas, burung dengan bulu yang berbeda hingga monyet dengan
berbagai keunikan. Keanekaragaman hayati tersebut apabila tidak dilestarikan
hanya akan menjadi hiasan dinding rumah bagi anak cucu dikemudian waktu.
Hutan menjadi rumah bagi para fauna, entah itu dari
spesies mamalia, reptile, ataupun spesies burung. Selain fauna, juga ada flora
yang tak kalah pentingnya, sebagai sumber sandang pangan bagi masyarakat,
sumber obat-obatan serta sebagai salah satu bahan kosmetik. Hebat bukan,
keanekaragaman hayati selain pohon? Sehebat apapun itu, jika kita tidak
menjaganya dengan baik hanya akan menjadi cerita di masa depan.
Eits,
jangan salah
dengan kata ‘adopsi’. Kebanyakan
orang jika mendengar kata adopsi adalah mengangkat anak. Lalu bagaimana dengan
adopsi hutan? Apakah artinya mengangkat hutan? Tidak begitu juga, ya. Dalam hal ini adopsi hutan adalah menjaga
pohon-pohon untuk tetap lestari. Menurut harihutan.id, adopsi hutan merupakan
gerakan gotong royong untuk terus menjaga hutan yang masih ada, mulai dari
pohon tegaknya, hewanya, flora eksotisnya, serta keanekaragaman hayati lain di
dalamnya.
Pengalaman satu tahun lalu ketika saya berkelana di
Taman Nasional Baluran Banyuwangi, Jawa Timur. Untuk menuju gunung baluran dan
padang savana yang disebut sebagai ‘Afrika kecil dari timur’, saya harus
melewati hutan baluran selama kurang lebih 1 jam. Pada saat itu masih musim
penghujan, sehingga sepanjang perjalanan kami ditemani gerimis.
Betapa eksotis dan karismatiknya hutan baluran,
barbagai flora dan fauna berteduh di dalamnya. Beberapa kali juga saya sempat
melihat rusa, monyet, burung bersayap biru yang saya tidak tahu namanya, juga
berbagai jenis pohon dari berbagai spesies. Di hutan tersebut saya bersama
teman-teman belajar arti kebersamaan, kami berupaya melestarikan hutan dengan
memberikan arahan wisatawan lain untuk tidak membuang sampah sembarangan, tidak
mengambil tanaman hutan serta tidak mengganggu para hewan.
Sama halnya dengan misi “seribu pohon” diatas, adopsi hutan juga seperti itu. Satu pohon
yang bisa kita tanam hari ini, dapat menghidupi jutaan umat manusia 10 tahun
kedepan. Satu ajakan kepada satu orang untuk menjaga hutan, juga dapat
melestarikan hutan agar tetap hidup berabad-abad kemudian. Cara tersebut juga
dapat melindungi bumi dari pemanasan global. Keren bukan, adopsi pohon itu?
Jika anda setuju, mari bersama melestarikan hutan
dengan cara adopsi pohon. Menjaga bumi serta menghidupi umat manusia.
Pemuda selalu tidak jauh dari suatu komunitas dan
organisasi, begitulah kami para pemuda membentuk suatu relasi dari berbagai
perbedaan. Oleh karena itu, lebih dari 100 komunitas dan organisasi bersatu
untuk merayakan hari hutan Indonesia, tepatnya pada tanggal 7 Agustus 2020.
Perayaan hari hutan Indonesia diawali dengan gerakan membuat petisi sejak 2017
lalu. Melalui petisi tersebut yang sudah ditandatangani oleh hampir 1,5 juta
orang, para pemuda melakukan aksi nyata
untuk melestarikan hutan Indonesia.
![]() |
Ini adalah jumlah donasi yang sudah terkumpul per tanggal 25 Agustus 2020 |
Hutan sebagai sumber kehidupan, tanpa hutan juga tidak
ada kehidupan. Untuk itu mari kita menjaga hutan dengan cara berdonasi. Banyak
hal yang bisa dilakukan dengan donasi, misal rumah anda berada di pinggiran hutan
atau paling tidak dekat dengan hutan, mari kita rawat dan melindungi hutan
dengan baik. Sedangkan jika rumah anda berada di perkotaan, mari berdonasi
dengan cara klik kitabisa.com/harihutanid. Donasi ini akan disalurkan kepada
para komunitas yang melakukan penjagaan hutan di 10 lokasi hutan di Indonesia.
Ajak pula teman, sahabat, saudara, keluarga anda untuk
terus melestarikan hutan dengan cara adopsi hutan. Mari bersatu untuk
melestarikan hutan Indonesia.
referensi :
Arief, A. (2001). Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta : Kanisius
Rasyid, F. (2014). Permasalahan dan dampak
kebakaran hutan. Jurnal Lingkar Widyaiswara, 1(4),
47-59.
Sangat bermanfaat
BalasHapusAlhamdulillah, terima kasih kak
HapusTerimakasih kak, ilmunya sangat bermanfaat 🙏
BalasHapusterima kasih kembali kak
HapusBeruntung sekali bisa tinggal di kaki gunung dan hutan, bisa menikmati keindahannya..
BalasHapusalhamdulillah beruntung banget eheheh
Hapus